Kamis, 03 November 2016

Pengantar Sistem Informasi Psikologi

Nama : Sabilla Ruman
Kelas : 4PA14
NPM : 18513174



1. Pengantar Sistem Informasi Psikologi

A. Pengertian Informasi

Menurut Mc Leod (dalam Alfatta dan Hanif, 2007) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti.

Menurut Robert dan John (dalam Alfatta dan Hanif, 2007) informasi adalahh data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
 
Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang berguna untuk para pengambil keputusan
B. Pengertian Sistem Informasi Psikologi

Clifford T. Morgan (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
 
Gardner Murphy (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
 
Berdasarkan pengertian istilah-istilah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat kombinasi dari manusia dan teknologi yang dimaksudkan mengolah data mengenai perilaku manusia sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu.

Contoh Kasus

Sebelum di bidang teknologi semakin maju seperti saat ini, kita mengikuti tes psikologi dengan cara manual dan belum begitu mudah untuk mendapatkan tes tersebut. Tapi semenjak teknologi semakin canggih, kita dapat melakukannya dengan mudah untuk tes psikologi melalui online atau web  dan memberikan banyak kesempatan untuk orang-orang ingin melakukan tes psikologi. 
 

2. Arsitektur Komputer & Struktur Kognitif Manusia
 
A. Pengertian Arsitektur Komputer
 
Menurut Syafrizal (2005) Arsitektur komputer adalah konsep perencanaan dan struktur pengorperasian dasar dari suatu sistem komputer.
 
Menurut Alfatta (2007) Arsitektur konputer juga dapat didefinisikan sebagai ilmu dan sekaligus seni mengenai cara interkoneksi komponen-komponen perangkat keras untuk dapat menciptakan sebuah komputer yang memenuhi kebutuhan funsional, kinerja, dan target biayanya
 
B. Struktur Kognisi Manusia
 
Menurut Ahmad (2004) Struktur adalah gabungan beberapa anggota yang disambungkan antara satu sama lain untuk menanggung beban yang akan digunakan keatasnya, seterusnya memindahkan beban tersebut ke tanah. Menurut Dewanto, dkk (2007) Kognisi adalah suatu kegiatan fikiran, saat seseorang sadar akan objek suatu pemikiran atau persepsi.
 
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur kognisi manusia adalah kemampuan berfikir manusia terhadap satu objek untuk mengetahui tentang cara kerja otak manusia yang berhubungan dengan informasi dan model proses dengan kerja otak dan kesadaran manusia.
 
C. Kaitan Antara Struktur Kognisi Manusia dan Arsitektur

Struktur kognisi manusia merupakan bagian atau komponen yang terstruktur dalam otak manusia yang memberi pengetahuan berdasarkan sistem, skema, adaptasi, asimilasi dan akomodasi yang membentuk suatu kematangan dan pengalaman otak dalam menjalankan kehidupan sosial bagi seorang manusia. Mampunyai struktur yang sangat kompleks.

Arsitektur komputer merupakan konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer, kompleks namun tidak sekompleks kognisi manusia. Arsitektur komputer ini merupakan rencana deskripsi fungsional dari kebutuhan bagian perangkat keras yang didesain (kecepatan proses dan sistem interkoneksinya).
 
D. Kelebihan dan Kelemahan Arsitektur
 Solso (2007) menyatakan bahwa walaupun komputer memiliki banyak kelebihan, namun komputer juga memiliki banyak kekurangan dibandingkan dengan kognitif manusia.
 
  • Kelebihan :
a. Pada umumnya komputer dapat melakukan operasi matematika dan logika dengan sangat cepat
b. Komputer dapat menguji model-model kognitif dengan sumber daya ruang dan waktu yang lebih hemat.
c. Dalam waktu yang sama, komputer dapat melakukan ribuan stimulasi dan menghasilkan ribuan data, dan lain-lain.
 
  • Kelemahan:
a. Komputer tidak memiliki emosi seperti manusia
b. Komputer tidak dapat melakukan generalisasi
c. Komputer tidak mampu memahami pola-pola yang kompleks
d. Komputer tidak mampu membuat kesimpulan
e. Manusia lebih unggul dalam mengenali wajah, dan lain-lain

Contoh Kasus

Hacker. Orang yang suka dengan pemprograman komputer biasanya akan mencoba mempelajari tentang menghack sesuatu. Tapi untuk dapat melakukan tersebut, dibutuhkan ide-ide yang berasal dari pemikiran orang yang struktur kognisinya baik dan juga dapat membaca bahasa pemprograman. Sehingga dapat membuat atau menciptakan sesuatu hanya melalui komputer.
 

Sumber :

Alfatta. Hanif. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi. Yogyakarta : ANDI

Jogiyanto, (2005). Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi

Sarwono, S.W. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta : Rajawali Pers

Solso, R.L., Maclin, O.H., Maclin, M.K. (2007) Psikologi kognitif edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga

Syafrizal, M. (2005). Pengantar jaringan komputer. Yogyakarta : Andi Offset

Sabtu, 18 Juni 2016

Terapi Bermain

TERAPI BERMAIN

A.  PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.(wholey and Wong,1991).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan.(Foster,1989)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock)
Jadimkesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B.   KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif
    Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
    Contoh : bermain sepak bola.
2. Bermain pasif
    Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
    Contoh : memberikan support.

C.   CIRI-CIRI BERMAIN

  1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
  2. Selalu ada timbal balik interaksi
  3. Selalu dinamis
  4. Ada aturan tertentu
  5. Menuntut ruangan tertentu

D.   KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI

  1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
  1. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
  1. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
  1. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu
      MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1.    Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2.    Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
3.    Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4.    Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen

E.   FUNGSI BERMAIN

Anak dapat melangsungkan perkembangannya
  1. PERKEMBANGAN SENSORI MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
  1. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
  1. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
  1. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
  1. KESADARAN DIRI(SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
  1. PERKEMBANGAN MORAL
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
  1. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
  1. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran.

F.   FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

  1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
  2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
  3. Jenis kelamin
  4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
  5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
  6. Intelegensia dan status social ekonomi

G. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

  1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
  1. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
  1. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.

  1. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H.   KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

1 BULAN

VISUAL     : Lihat dengan jarak dekat
                    Gantungkan benda yang terang dan menyolok
AUDITORI: Bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik jam
TAKTIL      : Memeluk,menggendong,memberi kesenangan
KINETIK    : Mengayun,naik kereta dorong

2-3 BULAN
VISUAL     : Buat ruangan menjadi tenang,gambar,cermin ditembok
                          Bawa bayi ke ruangan lain
                          Letakkan bayi agar dapat memandang disekitar
      AUDITORI : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.
   TAKTIL  :Memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan lembut,gosok dengan lotion/bedak
      KINETIK    : Jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air

4-6 BULAN
VISUAL     : Bermain cermin,anak nonton TV
                    Beri mainan dengan warna terang
AUDITORI: Anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama,
                    Remas kertas didekat telinga,Pegang mainan bunyi.
TAKTIL      : Beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur
KINETIK    : Bantu tengkurap,sokong waktu duduk

6-9 BULAN
VISUAL     : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”.
                          Beri kertas untuk dirobek-robek.
AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian   tubuh,
                            Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana
       TAKTIL       : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir dan berenang
       KINETIK     : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.

9-12 BULAN
VISUAL        : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat
                       Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.
AUDITORI   : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,
                        Kenalkan dengan suara binatang
TAKTIL         : Beri makanan yang dapat dipegang
                       Kenalkan dingin,panas dan hangat.
KINETIK       : Beri mainan

Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan

·         Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
·         Buku dengan gambar menarik
·         Balon,cangkir dan sendok
·         Boneka bayi
·         Mainan yang dapat didorong dan ditarik

TODLER ( 2-3 TAHUN )
·         Mulai berjalan,memanjat,lari
·         Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
·         Senang melempar,mendorong,mengambil sesuatu
·         Perhatiannya singkat
·         Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
·         Karakteristik bermain “Paralel Play”
·         Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
·         Senang musik/irama

Mainan Untuk Toddler

·         Mainan yang dapat ditarik dan didorong
·         Alat masak
·         Malam,lilin
·   Boneka,Blockies,Telepon,gambar dalam buku,bola,dram yang dapat dipukul,krayon,kertas.

PRE-SCHOOL

·         Cross motor and fine motors
·         Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
·         Sangat energik dan imaginative
·         Mulai terbentuk perkembangan moral
·         Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
·         Karakteristik bermain
·         Assosiative play
·         Dramatic play
·         Skill play
·         Laki-laki aktif bermain di luar
·         Perempuan didalam rumah

Mainan untuk Pre-school

·         Peralatan rumah tangga
·         Sepeda roda Tiga
·         Papan tulis/kapur
·         Lilin,boneka,kertas
·         Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk

USIA SEKOLAH

§  Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
§  Dapat belajar dengan aturan kelompok
§  Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.
§  Karakteristik “Cooperative Play”
§  Laki-laki : Mechanical
§  Perrempuan : Mother Role

Mainan untuk Usia Sekolah

·         6-8 TAHUN
Kartu,boneka,robot,buku,alat olah raga,alat untuk melukis,mencatat,sepeda.
·         8-12 TAHUN

Buku,mengumpulkan perangko,uang logam,pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.



DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. 2004. Grafindo: Jakarta

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 1999. EGC: Jakarta

Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Anak. 2004. EGC: Jakarta

Minggu, 17 April 2016

Contoh Kasus

KASUS HUMANISTIK
Kasus:
Seorang mahasiswa baru berinisial Z kesulitan menyesuaikan diri sebagai mahasiswa. Z berusia 19 tahun, mahasiswa tingkat 2, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi  beberapa semester pertamaternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 2.
Seorang teman dari jursan lain K.J memeberitahu satu hal dengan tujuan agar Z  bisa mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih aktif lagi agar tidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, Z 
memperoleh beberapa nilai C dan nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk beberapa mata kuliahnya tersebut.
Kenyataannya ini membuat Z merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa ingin bunuh diri, karena merasa takut gagal.Dalam pergaulan dengan teman-temannya Z selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman-teman seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya tertinggal, karena menurutnya Z selalu berpikir negatif tentang dirinya.
Akibatnya Z selalu menyendiri dan lebih senang berada menyendiri dan langsung pulang ke rumah jika selesai kuliah daripada bergaul dengan teman-temannya.Z lebih nyaman ketika masih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
Di rumah Z, merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara (keempatnya Lelaki). Kakaknya yang pertama berusia 4 tahun lebih tua darinya, kakanya yang kedua berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan yang terakhir adiknya berusia 3 tahun lebih muda darinya dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di setiap yang dia lakukan. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke empat anaknya, tetapi Z merasa bahwa saudara kandungnya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.


Analisa:
Menurut aliran humanistik-eksistensial kasus “Z” bukan hanya sekedar masalah yang bersifat individual, tetapi juga merupakan hasil konflik antara individu dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya. Jika “Z” melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya tentang dirinya sendiri dengan yang diinginkannya maka akan muncul perasaan tidak kuat dalam menghadapi tantangan di kehidupan ini, dan hal ini menghasilkan kecemasan atau anxiety.
Jadi, menurut pandangan humanist-eksistensialis kasus “Z” terletak pada konsep diri; yang terjadi sehubungan dengan adanya konflik antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dengan diri yang diinginkan (ideal self). Hal ini muncul sehubungan dengan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya sehingga perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari dikehidupan selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif.
Menurut teori humanistik-eksistensial yang melihat kasus “Z” sebagai hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri menjadi terhambat, maka teori ini lebih menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak (damaged self). Tehniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin.
Setiap permasalahan yang dialami oleh setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, “Z” sendirilah yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengganggu dirinya. Karena menurut pandangan teori ini sebagai hasil dari belajar (belajar menjadi cemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar terbentuk pola perilaku baru. Tehnik yang digunakan adalah systematic desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarkhi ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks.
Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward – jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment – jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku.

Humanistik Ekstensialis

Terapi Humanistik Ekstensialis

1. Konsep dasar
            Terapi humanistik eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terapi humanistik eksistensial juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa-masa sekarang -"di sini dan kini"- dan bukan pada masa lampau.
Konsep-konsep utama :
a.       Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
b.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing).
c.       Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan
2.      Unsur-unsur Eksistensial-humanistik
Tujuan eksistensial-humanistik :
a.       Agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi.
b.      Meluaskan kesadaran diri klien dan meningkatkan kesanggupan pilihannya.
c.       Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.
3.      Teknik terapi
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Metode-metode yang berasal dari terapi gestalt dan analisis transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial humanistik.

Terapi Person Centered
1.      Konsep dasar pandangan Carl Rogers Tentang perilaku/ kepribadian

Carl Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :

1.      Pengalaman

Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.

2.      Realitas

Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.

3.      Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh

Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.

4.      Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)

Ini adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.

5.      Frame Internal Referensi

Ini adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.

6.      Konsep Diri

Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.

7.      Symbolization

Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.

8.      Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri

Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.

9.      Organismic Valuing Process

Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis.

10.  The Fully Functioning Person

Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.

2.      Unsur – Unsur Terapi (Person – Centered)

1.      Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.

2.      Tujuan Terapis


Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.



3.       Teknik – Teknik Terapi

Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :

1.      Empathy
2.      Positive Regard (acceptance)
3.      Congruence

Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.




Logoterapi (Frankl)
a.      Konsep Dasar
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
b.      Unsur-unsur Logoterapi
Tujuan logoterapi menyangkut beberapa hal. Terapis pertama-tama harus memperlebar dan meperluas medan visual dari pasien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk berpusat pada dirinya sendiri dipecahkan karena ia dikonfrontasikan dengan dan diarahkan kepada makna hidupnya. Pemenuhan diri sendiri hanya bisa tercapai sejauh manusia telah memenuhi makna konkret dari eberadaan pribadinya langkah-langkah dalam proses terapi Terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain :
1)      Menghadapi Situasi Itu.
Diagnosis yang tepat merupakan langkah pertama dalam terapi dan merupakan sesuatu yang penting. Seluruh gangguan fisik pasien merupakan faktor-faktor fisik, psikologis, dan spiritual. Tidak ada neurosis somatogenik, psikogenik, noogenik saja.. tujuan diagnosis adalah menentukan sifat dari setiap faktor dan mengindentifikasi faktor manakah yang dominan. Apabila faktor fisik yang dominan, maka kondisi itu disebut psikosis,dan apabila faktor psikologis yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis. Sebaliknya, apabila faktor spiritual yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis noogenik.
2)      Kesadaran akan Simtom.
Dalam menangani reaksi-reaksi neurosis psikogenik, logoterapi diarahkan bukan pada simtom-simtom dan bukan juga pada penyebab psikis, melainkan sikap pasien terhadap simtom-simtom tersebut. Dalam mengubah sikap pasien terhadap simtom-simtom itu, logoterapi benar-benar merupakan suatu terapi yang personalistik.
3)      Mencari Penyebab
Logoterapi adalah suatu terapi khusus bagi frustasi eksistensial (kehampaan eksistensial) atau frustasi terhadap keinginan akan makna. Kondisi-kondisi ini jika menghasilkan simtom-simtom neurotic, maka disebut neurosis noogenik. Logoterapi berurusan dengan penyadaran manusia terhadap tanggung jawabnya karena tanggung jawab merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia. Tanggung jawab berarti kewajiban, dan kewajiban tersebut hanya dapat dipahami dalam kaitanya dengan makna, yakni makna hidup manusia. Jadi, logoterapi berkenaan dengan mana dalam berbagai aspek dan bidang-bidangnya. Makna keberadaan itu dapat berupa makna hidup dan mati.
4)      Menemukan Hubungan antara Penyebab dan Simtom
Neurosis kecemasan dan keadaan fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi yang ditakuti pasien. Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat kecemasan antisipatori yang mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau menarik diri dari situasi-situasi tersebut, dimana ia merasakan bahwa kecemasanya akan terjadi. Dalam kasus-kasus yang menyangkut kecemasan antisipatori, teknik logoterapi yang disebut intense paradoksikal (paradoxical intention) sangat berguna.
c.       Teknik Logoterapi
Dijelaskan dalam Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal, Derefleksi dan Bimbingan Rohani.
1.      Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.
2.      Derefleksi
Frankl (dalam Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.
3.      Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.


Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.
Tasmara, T. (2001).  Kecerdasan ruhaniah. Jakarta: Gema Insani.


About this blog

About

Followers

About Me

Foto saya
Music speaks when words can't