Terapi Humanistik
Ekstensialis
1. Konsep dasar
Terapi humanistik eksistensial memusatkan perhatian
pada pengalaman-pengalaman sadar. Terapi humanistik eksistensial juga lebih
memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa-masa sekarang
-"di sini dan kini"- dan bukan pada masa lampau.
Konsep-konsep utama :
a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka
akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan
eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing).
c. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha
untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan
makna bagi kehidupan
2. Unsur-unsur
Eksistensial-humanistik
Tujuan
eksistensial-humanistik :
a. Agar klien mengalami keberadaanya secara otentik
dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi.
b. Meluaskan kesadaran diri klien dan meningkatkan
kesanggupan pilihannya.
c. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan
sehubungan dengan tindakan memilih diri.
3. Teknik
terapi
Tidak
seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak
memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Metode-metode yang berasal
dari terapi gestalt dan analisis transaksional sering digunakan,
dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam
pendekatan eksistensial humanistik.
Terapi Person Centered
1. Konsep
dasar pandangan Carl Rogers Tentang perilaku/ kepribadian
Carl
Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada
hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien.
Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien
bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli
terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang
menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya.
Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan
ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat
menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui
pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh
harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.
Berbagai
istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai
kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam
orientasi sebagai berikut :
1.
Pengalaman
Pengalaman
mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait
akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita
seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam
kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran
masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin
terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
2.
Realitas
Untuk
tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi
individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang
memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang
akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat
dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan
kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa
politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati
dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam
terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
3.
Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh
Seseorang
mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut
akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih
jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku
di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat
memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia
memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri
sebagai pejabat.
4.
Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Ini
adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart
Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya
beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah
contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori
kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan
eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk
menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong
pengembangan optimal dari organisme total.
5.
Frame Internal Referensi
Ini
adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna
yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang
memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana
sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal
ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.
6.
Konsep Diri
Istilah
– istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari
persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I”
atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai
– nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan
cairan dan proses perubahan.
7.
Symbolization
Ini
adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak
simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang –
orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan
berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten
dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak
diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah
kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
8.
Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Hal
ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman
individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur –
unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman
kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak
ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
9.
Organismic Valuing Process
Ini
adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti
indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem
fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga
dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten
dengan hipotesis.
10.
The Fully Functioning Person
Rogers
mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti
Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan,
memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui
pengalaman mereka.
2. Unsur
– Unsur Terapi (Person – Centered)
1.
Peran Terapis
Menurut
Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan
sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien
melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang
memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik –
teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai
instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu
klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari
bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan
klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai.
Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin
di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2.
Tujuan Terapis
Rogers
berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai –
nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi
adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan
jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh
pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih
dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima
oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata –
kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
3. Teknik
– Teknik Terapi
Untuk
terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting
daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah
cukup terapi, yaitu :
1.
Empathy
2.
Positive Regard (acceptance)
3.
Congruence
Empati
adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan
pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama
dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang
ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor
yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang
membawa perubahan dan pembelajaran.
Logoterapi (Frankl)
a. Konsep Dasar
Pandangan Frankl
tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu
saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur.
Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri
dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap
kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus
dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang
dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan
berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari
bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun
kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan
teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi
artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan
suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
b. Unsur-unsur Logoterapi
Tujuan logoterapi
menyangkut beberapa hal. Terapis pertama-tama harus memperlebar dan meperluas
medan visual dari pasien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai
disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk berpusat
pada dirinya sendiri dipecahkan karena ia dikonfrontasikan dengan dan diarahkan
kepada makna hidupnya. Pemenuhan diri sendiri hanya bisa tercapai sejauh
manusia telah memenuhi makna konkret dari eberadaan pribadinya langkah-langkah
dalam proses terapi Terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain :
1) Menghadapi Situasi Itu.
Diagnosis yang
tepat merupakan langkah pertama dalam terapi dan merupakan sesuatu yang
penting. Seluruh gangguan fisik pasien merupakan faktor-faktor fisik,
psikologis, dan spiritual. Tidak ada neurosis somatogenik, psikogenik, noogenik
saja.. tujuan diagnosis adalah menentukan sifat dari setiap faktor dan
mengindentifikasi faktor manakah yang dominan. Apabila faktor fisik yang
dominan, maka kondisi itu disebut psikosis,dan apabila faktor psikologis yang
dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis. Sebaliknya, apabila faktor
spiritual yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis noogenik.
2) Kesadaran akan Simtom.
Dalam menangani
reaksi-reaksi neurosis psikogenik, logoterapi diarahkan bukan pada
simtom-simtom dan bukan juga pada penyebab psikis, melainkan sikap pasien
terhadap simtom-simtom tersebut. Dalam mengubah sikap pasien terhadap
simtom-simtom itu, logoterapi benar-benar merupakan suatu terapi yang personalistik.
3) Mencari Penyebab
Logoterapi adalah
suatu terapi khusus bagi frustasi eksistensial (kehampaan eksistensial) atau
frustasi terhadap keinginan akan makna. Kondisi-kondisi ini jika menghasilkan
simtom-simtom neurotic, maka disebut neurosis noogenik. Logoterapi berurusan
dengan penyadaran manusia terhadap tanggung jawabnya karena tanggung jawab
merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia. Tanggung jawab berarti
kewajiban, dan kewajiban tersebut hanya dapat dipahami dalam kaitanya dengan makna,
yakni makna hidup manusia. Jadi, logoterapi berkenaan dengan mana dalam
berbagai aspek dan bidang-bidangnya. Makna keberadaan itu dapat berupa makna
hidup dan mati.
4) Menemukan Hubungan antara Penyebab dan Simtom
Neurosis kecemasan
dan keadaan fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi
yang ditakuti pasien. Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat kecemasan
antisipatori yang mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau
menarik diri dari situasi-situasi tersebut, dimana ia merasakan bahwa
kecemasanya akan terjadi. Dalam kasus-kasus yang menyangkut kecemasan
antisipatori, teknik logoterapi yang disebut intense paradoksikal (paradoxical
intention) sangat berguna.
c. Teknik Logoterapi
Dijelaskan dalam
Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal,
Derefleksi dan Bimbingan Rohani.
1. Intensi Paradoksikal
Teknik intensi
paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks
dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati
dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik
ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku.
Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut
antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan
atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya
sendiri.
2. Derefleksi
Frankl (dalam
Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari
perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian
dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu
akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan
untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang
terlepas dari dirinya.
3. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani
adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana
individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam
suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain
menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai
bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka
menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
Palmer, Stephen. 2010.
Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, Gerald. 1995. Teori
dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Corey, Gerald. (1995).
Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi
“Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3.
Yogyakarta : Kanisius.
Tasmara, T. (2001). Kecerdasan ruhaniah. Jakarta: Gema Insani.